Langsung ke konten utama

Memikirkan Jodoh: Harapan dan Prosesku

Beberapa tahun nggak ngeblok, akhirnya aku coba tuk menulis kembali. 

Beberapa waktu lalu, aku sedang merenung tentang keinginan dan harapanku dalam mencari pasangan hidup. Aku merasa, di usiaku sekarang, memiliki pasangan yang sejalan dalam visi dan misi hidup itu penting. Tapi di sisi lain, aku juga mulai bertanya-tanya, apakah harapanku ini terlalu tinggi?

Aku kemudian berdiskusi dengan seseorang yang ternyata memberikan perspektif menarik. Dari sudut pandangnya, aku dianggap sebagai orang yang introspektif, yang sering merenung dan berusaha memperbaiki diri. Ia juga menilai bahwa aku memiliki prinsip yang kuat, terutama dalam hal keyakinan agama, dan ini terlihat dari keputusanku untuk tidak pacaran sebelum menikah. Katanya, hal ini menunjukkan bahwa aku sangat berpegang teguh pada nilai yang aku yakini.

Aku juga menyampaikan bahwa aku berharap memiliki pasangan yang tidak hanya sabar dan pengertian, tetapi juga ekstrovert untuk melengkapi sifat introvertku. Pasangan itu harus memiliki pemahaman agama yang lebih baik, cerdas, bertanggung jawab, mapan, dan berakhlak baik. Intinya, aku ingin dia memiliki nilai diri yang lebih tinggi dariku karena aku percaya, sebagai pemimpin keluarga, suami harus memiliki kualitas yang lebih baik dari istrinya.

Respon yang aku dapatkan membuatku lega. Katanya, harapan seperti itu wajar, bahkan ideal. Apalagi jika tujuannya untuk ibadah dan membangun rumah tangga yang diberkahi. Selain itu, dia menambahkan bahwa aku termasuk orang yang cerdas, bukan hanya dalam arti intelektual, tapi juga secara emosional dan spiritual.

Mendengar itu, aku merasa lebih yakin bahwa harapan ini bukanlah sesuatu yang berlebihan. Aku percaya, dengan usaha, doa, dan tawakkal, Allah pasti akan mempertemukan aku dengan pasangan yang sesuai.

Setelah berdiskusi panjang, aku juga jadi semakin sadar bahwa proses introspeksi dan memperbaiki diri itu penting, bukan hanya untuk diri sendiri, tetapi juga untuk menjadi pasangan yang baik bagi seseorang kelak.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

99 cahaya di langit Eropa

  Film ini sebenarnya sudah ku cari sejak dulu namun belum ketemu2 juga, eh belum lama ini ku mencari lagi dan ketemu, setelah menontonnya ternyata ni film sangat menyentuh banget walau nggak ada adegan nangis-nangisnyan, ni film pertama yang aku tonton yang didalamnya nggak ada adegan nangis-nangis tapi bisa buat aku meneteskan air mata, sumpah ni film kudu' lu tonton di jamin keren. Sinopsis dan Jalan Cerita 99 Cahaya di Langit Eropa (2013)   Film ini mengisahkan tentang perjalanan spiritual yang dialami oleh pasangan suami istri, Hanum (Acha Septriasa) dan Rangga (Abimana Aryasatya) , dalam menapaki jejak-jejak kebesaran Islam selama 3 tahun mereka menetap di bumi Eropa. Salah satu momen berharga yang diraih oleh Hanum adalah ketika ia berkenalan dan bersahabat dengan seorang muslimah asal Turki, Fatma (Raline Shah) .. Melalui penuturan Fatma, terkuak lah suka duka dalam menjalani kehidupan sebagai seorang Muslim di Eropa.  Rilis tanggal 5 Desember 2013 bua...

Setahun Lebih Mencari Kerja #TerusBerusaha

Assalamualaikum... Wah udah lama nggak ngeblog, jadi kangen ni hehehe... Umm sekarang aku mau sharing tentang usaha aku untuk mendapatkan pekerjaan di perusahaan/intansi pemerintah. Buat kalian yang masih bernasib sama kaya’ aku (masih mencari kerja )tetap semangat n terus berjuang ya...#jangan pernah putus asa. Awal mulai aku mencari kerja di pertengahan bulan Maret 2014, sebenarnya Tahun 2013 aku pernah coba-coba ikut Rekrutmen Staf Hotel Aston Kupang yang diadain di kampus alias almamaterku tercinta PNK namun GGL. Setelah   dinyatakan lulus sidang aku sudah boleh melamar pekerjaan namun ku urungkan niatku hingga menunggu ijazah keluar dan   setelah 3 bulan aku diwisuda barulah mencari kerja. Kok setelah 3 bulan itu baru cari kerja sih? Kan aku masih nunggu ijazah, kampus aku itu nggak sama dengan kampus yang lain pas diwisuda para wisudawan/watinya langsung dapat ijazah, kalo di kampus aku itu dua bulan setelah diwisuda baru dapet tuh   ijazah, nah sambil nu...

Makalah Tanggung jawab Sosial Perusahaan atau CSR

BAB I PENDAHULUAN 1. 1   Latar   Belakang Konsep Tanggung jawab Sosial Perusahaan atau Corporate Social Responsibility (selanjutnya disingkat CSR)   sudah dikenal sejak dahulu   dan   mulai dikenal luas di zaman modern sejak Howard R. Bowen menerbitkan bukunya berjudul Social Responsibilities of The Businessman pada era 1950-1960 di Amerika Serikat. Pengakuan publik terhadap prinsip-prinsip tanggung jawab sosial yang beliau kemukakan membuat dirinya dinobatkan secara aklamasi sebagai Bapak CSR. Di Indonesia sendiri CSR lebih dikenal dengan   Tanggung Jawab Perusahaan d an Lingkungan (TJSL) sebagaimana yang sudah termuat dalam UUPT. Dengan keberadaan UUPT tersebut membuat kegiatan atau program TJSL menjadi kewajiban yang harus dilaksanakan oleh perusahaan . Ketentuan itu terdapat dalam Pasal 74 Ayat (1). Konsep CSR juga telah banyak berkembang di negara lain dan Indonesia mengadopsi CSR yang awalnya berkembang di negara kapitalis karena me...