Ruang kecil itu terasa semakin sempit bagi cahaya. di antara gulungan kain dan benang-benang yang berserakan, ia duduk dengan kepala yang terasa berat. pesanan dari pelanggan sudah lewat tenggat waktu dua hari, tapi ia tak juga bisa melanjutkan pekerjaannya. di layar ponselnya, pesan itu terus terulang: “mbak cahaya, baju saya jadi diambil awal bulan ini, kan?”
cahaya, seorang introvert yang juga perfeksionis, merasa terjebak dalam kekacauan pikirannya sendiri. setiap kali ia memikirkan pekerjaannya, rasa khawatir dan cemas menyerang, membuatnya semakin sulit untuk fokus. dia tak suka ada yang mengecewakan, apalagi pelanggan yang sudah mempercayakan pesanan padanya.
hari itu, cahaya memutuskan untuk menyendiri. tapi bukan untuk berjalan di luar, seperti biasanya. meski sebagai astrophile ia sangat mencintai langit dan awan, kali ini ia tidak ingin berjalan sendirian di malam hari. malam itu terasa berbeda,gelap dan penuh kegelisahan. cahaya lebih memilih duduk di dekat jendela, memandang bintang-bintang yang mulai muncul di langit malam, seakan mencari kedamaian dalam keheningan langit yang luas.
“kenapa aku bisa begini?” pikirnya.
cahaya selalu merasa bahwa pekerjaannya adalah bagian dari dirinya. ia ambisius, ingin selalu memberikan yang terbaik dalam setiap jahitan. tapi sekarang, saat perasaan terjepit dan cemas datang, ia merasa bingung.
sesuai dengan kebiasaannya, cahaya membuka aplikasi media sosial di ponselnya. scrolling tanpa tujuan, membiarkan dirinya larut dalam dunia maya. namun ia tak bisa menipu dirinya sendiri. setiap detik yang terbuang, membuatnya merasa semakin jauh dari tanggung jawab.
akhirnya, cahaya menutup ponselnya dan mengalihkan pandangannya ke langit yang kelam. ia melihat awan tipis yang bergerak pelan, dan seketika itu, sebuah ide muncul di benaknya. kenapa tidak kembali ke pekerjaannya dengan cara yang berbeda? ia bisa mendengarkan ceramah dari ustadz yang selalu memberi ketenangan, sambil memfokuskan diri pada jahitan yang ada.
cahaya kembali ke mesin jahitnya. meski masih merasa tidak yakin, ia mulai bekerja perlahan. jarum mesin jahit berputar, mengikuti irama yang stabil dan tenang. di antara setiap jahitan, ia merasakan ketenangan yang sudah lama ia cari.
keesokan harinya, pesanan itu akhirnya selesai. hasil jahitan yang sempurna, seperti yang selalu ia inginkan. cahaya memandang hasil kerjanya dengan rasa campur aduk lega karena berhasil, tapi juga sedikit khawatir. ia segera mengirim pesan kepada pelanggannya: “maaf ya, ada keterlambatan dari saya. sebagai permintaan maaf, saya berikan diskon.”
balasan dari pelanggan datang cepat: “terima kasih, mbak cahaya. baju ini sangat cantik, saya suka sekali.”
cahaya tersenyum tipis. meskipun hatinya masih sedikit gelisah, ia merasa lebih tenang. malam itu, saat mesin jahit berhenti, ia duduk di jendela lagi, menatap bintang-bintang yang bersinar di langit. langit yang selalu ia sukai, namun kini dengan kedamaian yang lebih dalam sebuah pengingat bahwa meskipun hidup penuh dengan ketidaksempurnaan, ada keindahan dalam perjalanan menuju sesuatu yang lebih baik.
Komentar
Posting Komentar